Tuesday, August 16, 2016

COSRX LOW PH GOOD MORNING GEL CLEANSER - REVIEW

Hallo there,

Hari ini saya akan me-revirew salah satu produk skincare Korea merk cosrx : Cosrx Low PH Good Morning Gel Cleanser setelah pemakaian kurang lebih sepuluh hari.

Ini penampakannya ya.





Tipe kulit wajah: Kombinasi cenderung berminyak, berjerawat radang, dan sangat sensitif.

Ohya, sebelum membeli produk, biasanya saya memang mencari banyak review dulu, baik review ke pemakai langsung ataupun googling sana-sini. Review yang saya dapatkan sangat baik sehingga saya tertarik membeli produk ini. Dengan harga terjangkau (bukan pembersih mahal), dengan harga beli sekitar Rp. 125.000, produk ini termasuk pembersih wajah yang memberikan hasil memuaskan. Gel Cleanser ini sangat enak dipakai, mampu membersihkan kulit wajah dengan lembut dan efektif untuk kulit senstitif saya. Selanjutnya wajah terasa soft, clean, dan nyaman.

So far, belum ada keluhan ya atas produk ini. Saking puasnya, saya nobatkan produk ini menjadi produk pembersih wajah terfavorit saya!!!

Repurchase? Absolutely!!!







Monday, August 15, 2016

SKINCARE ROUTINE ALA KOREA

Kali ini, saya akan menulis mengenai perawatan pribadi kulit wajah.

Masalah kulit saya adalah kusam dan berjerawat parah, tapi tidak ada komedo. Sejak hamil anak pertama, saya parno dan menghentikan semua perawatan wajah. Bahkan saya memakai sabun bayi batangan untuk sabun wajah. Teman-teman sekeliling saya bilang kalau saya berlebihan. Iya sih, namanya juga anak pertama. Wajar donk kalo kurang teredukasi dan parno :p

Kebiasaan menghentikan perawatan wajah tadi berlangsung lama, sampai saya kembali hamil dan melahirkan anak kedua. Sempat diantaranya saya pengen tobat dan mulai membeli serangkaian (banyak sekali rangkaian) skincare, tapi apa daya, dengan alasan ribet dan gak sempat perawatan karena repot mengurus dua bocah kecil, rangkaian tersebut TIDAK ADA YANG SAYA PAKAI SAMPAI HABIS! Pak suami hanya bisa nelan ludah, mau komplain tapi nanti istrinya ngambek dan diam seribu bahasa. Dia pasrah aja liat kelakuan istrinya yang rajin beli skincare, namun tidak digunakan.

Time flies, sampai saatnya sekarang anak kedua saya sudah berusia sepuluh bulan. Sudah empat tahun lebih saya menyepelekan perawatan wajah dan berhadapan dengan permasalahan yang sepertinya tak kunjung selesai, kulit wajah kusam dan berjerawat. Oya, jerawat saya tipenya jerawat radang, basah, merekah ya. Bukan sekedar bruntusan. Kini saya mulai concern kepada perawatan wajah. Saya ingin kembali merawat wajah agar terlihat bersih dan tidak cepat menua.

Saya mulai mencari alternatif perawatan wajah, dan menemukan metode perawatan wajah ala korea, alias korean skincare daily routine. Browsing sana sini, dan ngubek-ubek instagram orang, akhirnya saya memilih dan membeli sekian produk seperti gambar dibawah ini.


Begini Skincare routine saya per steps (masih beberapa kali bolong atau skip) adalah sebagai berikut:
1. Viva milk cleanser
2. Cosrx Good morning low PH cleanser / The Body Shop Tea Tree Face Cleanser
3. Mizone AHA/BHA Toner
4. Goodal First Essence
5. Goodal Facial Mist
6. Centella Blemish cream/Sulwhasoo cream/ISOI Blemish care (Sementara ini fokus memakai centella   blemish cream dulu)
7. Cosrx Ultimare Nourishing Rice Overnight Mask

Sudah kurang lebih 10 hari ya skincare routine diatas saya lakukan. Jujur saja terkadang saya gak mengikuti semua step atau bahkan pernah tidak melakukannya sama sekali, misalnya saja sudah sangat kecapekan pulang kerja dan lanjut mengurus bocah-bocah lalu tepar ketiduran. Tetapi, untuk kali ini, saya cukup kuat memotivasi diri sendiri agar tidak teralu sering kecolongan seperti tadi.

Secara garis besar, wajah masih belum terlihat bersih bersinar kinclong seperti wajah bayi. Namun, jerawat sudah hilang hampir 100 persen, bahkan dari hari ketiga perawatan, jerawat sudah mulai berkurang 75 persen. Soal masalah kulit kusam sih tetap, tapi saya akui tingkat kusamnya sudah berkurang sedikit (berkurang sekitar 5 persen lah).

Memang perawatan kulit ala korea ini jauh lebih ribet dan panjang steps-nya, namun diklaim sebagai investasi perawatan jangka panjang dan tidak menimbulkan ketergantungan. Bukan tipe sulap yang memberikan dampak besar dalam waktu yang singkat, memang.

Demikian tulisan pengalaman pribadi saya. Selamat merawat wajah ya !!

Thursday, March 10, 2016

Pergumulan Seorang Ibu

Kali ini saya menulis perihal pergumulan saya sebagai seorang Ibu dari kacamata saya. Sampai hari ini, Puji Tuhan, saya sudah dianugerahi dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Hamil dan melahirkan tidak gampang, tidak selalu mulus, dan tentunya mengalami kesulitan ataupun kesakitan.

Setelah anak sudah lahir, bagaimana? Nah ini! Deg-degan banget kalau ngomongin hal ini. Sebagai seorang Ibu (saya membahas spesifik sebagai Ibu, bukan orang tua dulu disini), banyak tantangan dan kendala dalam mendidik anak, termasuk didalamnya kecemasan jika salah mendidik anak.

Sebagai seorang Ibu, menerapkan teori baik mengenai makanan jasmani anak saja sudah bikin pusing tujuh keliling:
1. Asi eklusif 6 bulan pertama.
Tidak usah ditanya bagaimana jungkir baliknya seorang ibu melakukan tugas ini. Teori bilang untuk mendukung ibu mejalankan tugasnya, dibutuhkan dukungan suami, keluarga besar, maupun lingkungan sekitar termasuk kantor jika ibu bekerja. Lah, kalo tidak ada dukungan suami/keluarga/kantor gimana? Kan mau gak mau kita harus usaha sendiri kan? Gampang? Didukung saja susah apalagi tanpa dukungan!

2. Melanjutkan ASI sampai 2 tahun.
Ini juga PR. Lulus asi ekslusif 6 bulan memang sedikiiittt (banget) melegakan, tapi teori tetap memberikan ASI dalam jumlah banyak (yang berarti tetap harus pumping) sampai satu tahun (CMIW) dan melanjutkan pemberian asi secukupnya (boleh stop pumping cukup menyusui langsung) sampai dua tahun itu butuh keteguhan niat, konsistensi, dan perjuangan juga, lho!

3. Pemberian MPASI tanpa garam gula sampai anak setahun. Terori ketiga ini, ribet praktekinnya krn kalo anak GTM (Tutup Mulut males makan), ibu langsung tidak percaya diri  lalu menganggap anaknya tidak suka dengan rasa makanan yg tanpa gargul. Atau, bisa jadi ini sumber masalah yang diperdebatkan antara ortu/mertua yg kekeuh harus pake gargul sama Ibu yang gak mau. Nah buat anak kecil kan kasus GTM gak sekali dua kali datang.. PR banget buat mamanya sabar.

Itu baru 3 poin aja udah bikin pusing yang baca kan? Itu baru sebagian kecil masalah yang bikin seorang Ibu pusing, lho. Oya, itu juga (cuma) masalah makanan jasmani. Gimana dengan makanan rohani (menanamkan positive values seperti kemandirian, kesederhanaan, kerja keras, ataupun menanamkan agama dan kepercayaan) TIDAKKKKKKK !!!!! Pusing kepala barbie..

Menjadi Ibu, gak perlu dipertanyakan lagi, sudah pasti merupakan ANUGERAH. Mendidik anak, merupakan tugas dan tanggung jawab yang teramat sangat berat. Sebagai manusia yang tidak sempurna, mesti belajar, mesti aware, mesti hati-hati, dan berdoa minta hikmat dari Tuhan.

Terus, kenapa di media sosial, ataupun di lingkungan sekitar, sesama ibu-ibu suka saling nyinyir dan merasa paling hebat ya? Berdebat mengenai lahiran sesar atau normao, sufor atau formula, mendidik anak dengan keras atau mengganggap anak sebagai teman atau yang memilih moderat. Saya sebagai Ibu yang lahiran normal, concern asi dan gak patuh no gargul, sering banget di nyinyirin sama yang pahamnya beda. Ibu-ibu sufor suka ngatain susu saya kurang kalo anak lagi ribet bolak balik minta nenen, atau di kasus lain digurui soal pantangan gargul...

Sudahlah! Saya lebih setuju kita sama-sama saling membangun dan memberi dukungan. Pilihan apa yang diambil Ibu, gak untuk dihakimi. Kalaupun kita tidak setuju, sampaikan dengan halus atau jika kiranya lebih baik didiamkan, maka diamkan. Jika sudah kita nasehati, namun masih memilih jalan lain TETAP GAK BOLEH NYINYIR! Jangan merasa paling benar.  

Semoga Ibu-ibu dimanapun berada, termasuk yang membaca tulisan ini, diberikan hikmat dari Tuhan untuk dapat mendidik anak menjadi anak-anak yang takut kepada Tuhan, dan membahagiakan kedua orang tua. Amin....

Tuesday, February 9, 2016

Kehamilan Kedua

Kehamilan kedua, sama seperti kehamilan pertama, memiliki kenangan tersendiri.

Kehamilan kedua ini, saya lebih sering dirumah, tiduran, dan kecapekan. Berbeda dari kehamilan sebelumnya dimana saya sangat aktif dan bertenaga, naik tangga busway sambil setengah berlari di usia kehamilan mendekati sembilan bulan, merupakan hal yang biasa. Kali ini, naik tangga penyebranganan dengan pelan saja, saya sudah kecapekan dan ngos-ngosan. 

Kehamilan kedua, sama seperti kehamilan sebelumnya, merupakan suatu anugerah yang sangat disyukuri oleh saya, suami, dan seluruh keluarga besar. Kami bergembira karenanya.

Diusia kehamilan 7 bulan, sepulang dari Palembang mengunjungi orangtua, saat hendak tidur malam, saya meraba payudara saya. Sebagaimana pemeriksaan pribadi SADARI, saya meraba dengan tangan, kali ini sambil tiduran. Saya menemukan benjolan, saya terkejut. Jantung berdegup kencang. Saya raba ulang, dan saya tetap temukan benjolan itu lagi. Saya mencoba tenang dan tidur.

Bisakah saya tidur tenang? Tentu tidak! Bayangan mengerikan terpampang dalam otak saya. Saya tidak tahan lagi. Saya bangunkan suami saya sambil menangis. Suami saya pun meraba dan menemukan benjolan tersebut. Kami berusaha tenang, dan tidur kembali.

Selama dua minggu saya menyimpan perkara ini dalam hati saya. Saya berusaha berkativitas, namun pikiran mengenai benjolan sesekali masih muncul. Saya browsing dan curhat ke kenalan, hingga akhirnya saya putuskan untuk mantap menemui dokter bedah, sesuai saran dan surat rekomendasi dari dokter kandungan saya.

Hasil pemeriksaan pertama, dengan USD Payudara, di dokter pertama, menyatakan ada beberapa benjolan pada kedua payudara. Saya harus dioperasi enam minggu setelah melahirkan, dengan catataan saya tidak boleh memberikan ASI SAMA SEKALI kepada bayi saya. Air mata tak terbendung, saya berusaha menawar.

"Tiga hari saja, Dok, untuk ngasih kolostrum boleh dok?" Saya bertanya sambil berlinang air mata.

"Tidak bisa bu. Nanti saya sampaikan ke dokter kandungan perihal ini"

Rasanya saya tidak kuat, suami berusaha tenang. Kami urus pembayaran, mengambil copy USG, dan menuju parkiran. Di mobil, kami berdua menangis sesengukan. Tidak ada orang lain, hanya dua pribadi yang bersedih, menangis bersama. Kami berdoa. Apalagi yang kami punya selain doa?

Hari demi hari, saya menangis terus. Di kantor, dirumah, dimana saja. Baik menangis perlahan, maupun menangis berurai air mata tanpa peduli sedang dimana.

Keputusan berikutnya, kami mencoba mencari second opinion dan third opinion. Puji Tuhan, kedua dokter ini menyatakan, benjolan tidak ganas. Dokter kedua mengatakan, saya tetap boleh menyusui bayi, namun tetap harus dioperasi setelah enam minggu kehamilan, lalu dapat menyusui kembali setelah operasi. Mungkin seminggu saya akan stop menyusui karena proses operasi ini.

Dokter ketiga mengatakan, benjolan tidak ganas. FAM Payudara. Saya bisa menunda operasi, bisa dioperasi saat saya siap, dan operasi tidak urgent. Catatan, setelah dua bulan kelahiran, saya harus di periksa ulang, USG ulang.

Kebahagiaan dan kelegaan meliputi saya, suami, dan keluarga besar.  Jujur, tidak lega dalam arti lega tanpa beban lagi. Saya masih khawatir karena belum dioperasi, belum tahu secara pasti hasil pemeriksaan benjolannya. Namun saya berusaha positif, memulai gaya hidup sehat, dan menaruh pengharapan. Saya dan suami, berdoa.

Di usia kehamilan, dengan begitu khawatir, takut, cemas, sedih, saya ambil pilihan untuk berani, berdoa dan berpengharapan. Saya mulai food combining, yang menurut orang, merupakan gaya hidup sehat, karena bayak makan makanan alami tanpa olahan (pagi sampai siang hari hanya boleh makan buah segar). Saya coba hindari konsumsi daging. Saya tanamkan tekad untuk secepatnya menabung ASIP, segera setelah melahirkan untuk bekal saat saya operasi.

Sampai tibalah saat membahagiakan itu, kelahiran bayi perempuan cantik, melalui proses melahirkan normal dengan induksi. Setelah melewati masa kesakitan dan berteriak sekencang-kencangnya, bayi perempuan kecil itu lahir dengan berat 3.500 gram.

Kami memberinya nama Anessa Gaby Adrienne Nadja Situmorang. Anak Johanes dan Melsa, yang pemberani dan berpengharapan dalam doa. Nama yang melukiskan proses kehamilan yang berani dan penuh harapan. Nama yang juga merupakan doa, agar anak kami ini pun menjadi anak yang berani dan berpengharapan kepada Tuhan.

Puji Tuhan, saat saya menulis ini, ia berusia empat bulan lebih, dan masih full minum ASI. Stok simpanan ASIP pun mengisi penuh freezer ASIP, dan freezer kulkas. Kuasa Tuhan melingkupi saya, dan untuk kesekian kalinya menegaskan bahwa, Dia yang take control, in charge, dan mengatur kehidupan saya.

Beberapa bulan mendatang, saya akan kembali melakukan USG payudara. Saya berharap semua hasilnya baik. Untuk wanita di luar sana, marilah rajin melakukan SADARI, jika menemukan benjolan, hadapi dengan keberanian dan tenang, serta lakukan pemeriksaan ke beberapa dokter.