Thursday, March 10, 2016

Pergumulan Seorang Ibu

Kali ini saya menulis perihal pergumulan saya sebagai seorang Ibu dari kacamata saya. Sampai hari ini, Puji Tuhan, saya sudah dianugerahi dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Hamil dan melahirkan tidak gampang, tidak selalu mulus, dan tentunya mengalami kesulitan ataupun kesakitan.

Setelah anak sudah lahir, bagaimana? Nah ini! Deg-degan banget kalau ngomongin hal ini. Sebagai seorang Ibu (saya membahas spesifik sebagai Ibu, bukan orang tua dulu disini), banyak tantangan dan kendala dalam mendidik anak, termasuk didalamnya kecemasan jika salah mendidik anak.

Sebagai seorang Ibu, menerapkan teori baik mengenai makanan jasmani anak saja sudah bikin pusing tujuh keliling:
1. Asi eklusif 6 bulan pertama.
Tidak usah ditanya bagaimana jungkir baliknya seorang ibu melakukan tugas ini. Teori bilang untuk mendukung ibu mejalankan tugasnya, dibutuhkan dukungan suami, keluarga besar, maupun lingkungan sekitar termasuk kantor jika ibu bekerja. Lah, kalo tidak ada dukungan suami/keluarga/kantor gimana? Kan mau gak mau kita harus usaha sendiri kan? Gampang? Didukung saja susah apalagi tanpa dukungan!

2. Melanjutkan ASI sampai 2 tahun.
Ini juga PR. Lulus asi ekslusif 6 bulan memang sedikiiittt (banget) melegakan, tapi teori tetap memberikan ASI dalam jumlah banyak (yang berarti tetap harus pumping) sampai satu tahun (CMIW) dan melanjutkan pemberian asi secukupnya (boleh stop pumping cukup menyusui langsung) sampai dua tahun itu butuh keteguhan niat, konsistensi, dan perjuangan juga, lho!

3. Pemberian MPASI tanpa garam gula sampai anak setahun. Terori ketiga ini, ribet praktekinnya krn kalo anak GTM (Tutup Mulut males makan), ibu langsung tidak percaya diri  lalu menganggap anaknya tidak suka dengan rasa makanan yg tanpa gargul. Atau, bisa jadi ini sumber masalah yang diperdebatkan antara ortu/mertua yg kekeuh harus pake gargul sama Ibu yang gak mau. Nah buat anak kecil kan kasus GTM gak sekali dua kali datang.. PR banget buat mamanya sabar.

Itu baru 3 poin aja udah bikin pusing yang baca kan? Itu baru sebagian kecil masalah yang bikin seorang Ibu pusing, lho. Oya, itu juga (cuma) masalah makanan jasmani. Gimana dengan makanan rohani (menanamkan positive values seperti kemandirian, kesederhanaan, kerja keras, ataupun menanamkan agama dan kepercayaan) TIDAKKKKKKK !!!!! Pusing kepala barbie..

Menjadi Ibu, gak perlu dipertanyakan lagi, sudah pasti merupakan ANUGERAH. Mendidik anak, merupakan tugas dan tanggung jawab yang teramat sangat berat. Sebagai manusia yang tidak sempurna, mesti belajar, mesti aware, mesti hati-hati, dan berdoa minta hikmat dari Tuhan.

Terus, kenapa di media sosial, ataupun di lingkungan sekitar, sesama ibu-ibu suka saling nyinyir dan merasa paling hebat ya? Berdebat mengenai lahiran sesar atau normao, sufor atau formula, mendidik anak dengan keras atau mengganggap anak sebagai teman atau yang memilih moderat. Saya sebagai Ibu yang lahiran normal, concern asi dan gak patuh no gargul, sering banget di nyinyirin sama yang pahamnya beda. Ibu-ibu sufor suka ngatain susu saya kurang kalo anak lagi ribet bolak balik minta nenen, atau di kasus lain digurui soal pantangan gargul...

Sudahlah! Saya lebih setuju kita sama-sama saling membangun dan memberi dukungan. Pilihan apa yang diambil Ibu, gak untuk dihakimi. Kalaupun kita tidak setuju, sampaikan dengan halus atau jika kiranya lebih baik didiamkan, maka diamkan. Jika sudah kita nasehati, namun masih memilih jalan lain TETAP GAK BOLEH NYINYIR! Jangan merasa paling benar.  

Semoga Ibu-ibu dimanapun berada, termasuk yang membaca tulisan ini, diberikan hikmat dari Tuhan untuk dapat mendidik anak menjadi anak-anak yang takut kepada Tuhan, dan membahagiakan kedua orang tua. Amin....