Tuesday, July 24, 2012

Our Journey in Love

Malam Natal, 24 Desember 2009
Saya menghabiskan malam Natal bersama sepupu saya, Debora. Setelah kebaktian kami pergi makan-makan ke Tebet. Disana sepupu saya menelepon seseorang yg saya kira temannya. Entah kenapa dia lalu memberikan teleponnya dan menyuruh saya untuk ngobrol sama temannya yg diseberang telepon sana. It's our such a short first conversation. Saat itu tidak ada kesan sama sekali. Mungkin karena secara background-nya kita berdua memang belum saling kenal sama sekali.


Januari 2010
Kami mulai "jalan bareng" dan menjadi teman. Akhir Januari, dia menyatakan perasaannya sama saya, sehari setelah dia berulang tahun yaitu pada tanggal 28 Januari 2010.


Bulan dan tahun pun berganti. Bersama-sama dalam kasih, kami menjalani hubungan yang diisi dengan senang, sedih, keakraban, pertengkaran, saling berbagi, berselisih paham, dan berbagai-bagai  lainnya. Tidak selalu mulus memang. Bahkan wacana untuk mengakhiri hubungan pun beberapa kali muncul. Namun kami tetap bersama dalam hubungan yang indah dan sederhana.


Maret 2011
Pada pertengahan bulan Maret, saya mengambil keputusan untuk resign dari kantor kedua saya karena saya mendapat perkerjaan di tempat lain. Setelah resign saya mengambil keputusan untuk pulang berlibur ke kampung halaman saya di Palembang sambil menunggu dimulainya pekerjaan saya yang baru. Kali ini, saya tidak pulang sendirian. Saya pulang ke Palembang bersama pacar saya dengan maksud memperkenalkan pacar saya kepada seluruh keluarga inti saya.


11 Maret 2011. Malam itu, tepat setelah saya last day di kantor kedua saya, saya main ke rumah pacar saya. Mau ngobrol-ngobrol sama orang tuanya karena besoknya saya dan pacar saya mau ke Palembang.

Sembari mengobrol dengan keluarganya, Ayahnya bertanya kepada kami mengenai apa rencana kami selama di Palembang dan apa maksud dan tujuan kami bersama-sama ke Palembang. Saya diam aja. Saya berpikir kalau sebaiknya pacar saya saja yang seharusnya menjawab pertanyaan ini. Saya ingat, pacar saya malah menjawab dengan candaannya:" Mau nyuci-ngepel, Pak." Setelah menjawab demikian, dia tertawa.

Saat saya hendak berpamitan dan saat saya hanya berdiri berdua saja dengan Ayahanda pacar saya, beliau berkata kepada saya: "Kalian sudah ada rencana menikah? Umur saya sudah tua. Kalian jangan lama-lama lagi menikah.."

Begitu ungkap beliau. Saya tersenyum sopan lalu berpamitan dan masuk ke mobil.

Di mobil, pacar saya tidak sendirian. Ada ibunya yang turut mengantarkan saya ke kosan saya. Kami bertiga mengobrol, lalu ibunya mengatakan hala yang sama seperti yang dikatakan sebelumnya oleh ayahanda pacar saya, yaitu bahwa beliau ingin kami tidak usah terlalu lama untuk menikah."

12 Maret 2011. Kami berdua berangkat ke Palembang dengan pesawat pagi. Dengan dijemput oleh kedua orang tua saya, kami menuju rumah keluarga saya. Perkenalan dan percakapan antara saya, pacar saya, dan keluarga saya berjalan baik-baik saja.

13 Maret 2011. Pagi menjelang siang itu adalah saat yang indah bagi saya. Pacar saya menyatakan keinginannya untuk menikah dengan saya kepada kedua orang tua saya didepan saya, kakak, dan adik saya. Saya menatapnya seakan ingin memberikan dukungan padanya. Aura kebahagiaan melingkupi kami semua.


April 2011
Kedua orangtua pacar saya datang ke rumah saya untuk secara resmi melamar saya. Perbincangan yang tidak telalu lama itu memberikan jalan yang semakin terbuka bagi pernikahan kami.

Begitulah lalu terjadi komunikasi antara kedua belah keluarga. Terpilihlah tanggal 03 September 2011 menjadi hari pertunangan dan 24 September 2011 menjadi hari pernikahan kami.

Perasaan bahagia dan gugup menghampiri hampir disetiap hari-hari saya. Memikirkan bahwa dalam waktu mendatang, yang jika Tuhan mengizinkan, saya akan melangsungkan pernikahan. Suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidup saya . Memulai kehidupan baru saya dengan keluarga baru yang akan saya bina bersama suami saya kelak.

Teringat akan waktu-waktu sebelumnya, ketika kami menjalani hampir dua tahun bersama dimana saya membawa dia dalam doa saya. Saya berdoa untuk hubungan kami yang lebih baik, saya berdoa agar hubungan kami direstui oleh-Nya, dan saya berdoa agar jika memang Dia berkenan maka saya memohon untuk memberikan menyatukan kami dalam pernikahan.


Mei 2011
Ibu saya datang ke Jakarta untuk menemani saya mencari baju pertunangan dan pernikahan saya. Tak lupa kami juga mencari baju seragam untuk keluarga besar. Seharian penuh kami mencari berdua. Menyenangkan rasanya ketika saya tahu, bahwa ibu saya selalu ada bersama saya dalam mengurusi tetek bengek hajatan saya. Lalu terpilihlah brokat berwarna salem lembut untuk menjadi kebaya pertunangan saya dan brokat berwarna putih untuk menjadi kebaya pernikahan saya.


Agustus 2011
Makin mendekati hari H, baik hari H pertunangan maupun hari H pernikahan. Dalam waktu yang semakin mepet, kegelisahan mulai memuncak. Tak jarang muncul pertengkaran antara saya dan calon suami saya. Tidak ada maksud dari kami berdua untuk bertengkar. Namun dengan begitu banyaknya tekanan menjelang pernikahan dan segala tetek bengek pikiran mengenai hal-hal yang masih harus diselesaikan untuk hari H, maka begitu saja, pertengkaran itu terjadi.

Di bulan Agustus ini, kami menyempatkan diri untuk melakukan sesi foto pranikah (prewedding photos). Satu hari penuh dari pagi sampai malam. Jam 4 pagi saya sudah harus bangun dan bersiap-siap menuju Setia Budi, tempat saya akan dirias oleh teman baik saya sejak SMP, Lidya.


September 2011
"Be Ready for my Great September!!" Kalimat ini menjadi update status saya di BBM.

"September Ceria." Kalau ini, menjadi kalimat update status saya di Facebook.

Rencana-rencana atas hari-hari spesial saya mulai menghiasi pikiran saya.

3 September merupakan hari pertunangan (martumpol) kami berdua.. Mengikat komitmen bertunangan di gereja dan keluarga serta teman-teman menjadi suatu momen yang indah. Memakai kebaya berwarna salem dipadukan dengan songket dan selendang berwarna senada beserta make up sederhana, saya merasakan nikmatnya menjalani pertunangan yang sakral dilanjutkan dengan berbagi kebahagiaan bersama kerabat.


6 September merupakan hari ulang tahun saya yang ke-25. Seperempat abad bukanlah waktu yang singkat untuk menjadi dewasa. Saya sangat bersyukur dengan semua perjalanan hidup saya selama 25 tahun, mulai dari sehat hingga sakit, mulai dari tawa hinggga tangis, mulai dari manisnya hidup sampai pahitnya hidup, dan cinta yang selalu saya rasakan dari orang-orang sekeliling saya, termasuk dari calon pasangan hidup saya. Semuanya sempurna. Tidak ada kesalahan. Tuhan begitu lihai merancangkan perjalanan hidup saya.


24 September merupakan hari H. Kebaya putih dipadukan dengan songket hijau. Here is the bride! Deg-degan? Iya. Sebelum pemberkatan, saya dan pasangan beserta orang tua dan saksi-saksi mesti menandatangani dokumen catatan sipil. Tangan saya seakan tidak bisa menggenggam bolpen saat saya harus menandatangani dokumen tersebut. Dilanjutkan dengan doa dan prosesi memasuki altar. Dibelakang saya dan pasangan ada keluarga besar mengiringi. Is it awesome? Saya seakan ga percaya kalau saya dalam waktu beberapa saat akan menjadi seorang istri dari seorang pria yang saya cintai, dan kami akan mengikat janji setia sampai mati, dan melepas status single kami!

Akhirnya moment sakral pemberkatan nikah selesai sudah. Rasa bahagia meliputi pasangan baru. Senyum yang awalnya begitu susah karena deg-degan yang luar biasa kini selalu nampak di wajah kami.

Dilanjutkan dengan acara adat batak yang berlangsung dari jam 12 siang sampai jam 7 malam lebih. Dalam keadaan menggunakan korset ketat, songket berat, ulos yang tak boleh dilepaskan, saya menjalani acara ada sambil menahan rasa pegal yang berangsur-angsur menjadi rasa sakit. Tapi gak papa. Walaupun acara adat memakan waktu 6 jam lebih, namun saya bahagia melihat satu-persatu keluarga dan kerabat saling memberikan petuah dan ulos sebagai tanda penghargaan bagi kami. Tidak peduli sama pegalnya badan, saya hanya mau melihat ke balik makna yang begitu besar dalam acara adat ini, yaitu seluruh keluarga dan kerabat, mau memberikan restu dan menunjukkan kasihnya kepada kami keluarga yang berbahagia melalui kesetiaan mereka berpesta dan menunggu waktu memberikan ulos sampai malam dengan kami.

Selesailah rangkaian acara pernikahan kami. Inilah kami sepasang suami istri yang berbahagia.
Here we go, Mr. and Mrs. Situmorang!


God bless our marriage!

No comments:

Post a Comment